Senin, 06 Oktober 2014

Keunikan dari Kerta Gosa Klungkung - Bali

Kertagosa salah satu objek wisata yang terletak di tengah - tengah Kota Kabupaten Klungkung, Bali, kira-kira 40 km ke arah timur dari Denpasar. Kertagosa pertama kali di bangun awal abad ke 18 oleh Raja yang bernama Dewa Agung Gusti Sidemen dan merupakan tempat pembahasan segala sesuatu bertalian atau berkaitan dengan situasi keamanan, kemakmuran serta keadilan wilayah kerajaan berpusat di Gelgel. Kerta Gosa pernah diperbaiki pada tahun 1920 dan tahun 1960. 
Langit-langit Kertha Gosa dicat dengan gaya tradisional Bali yang disebut wayang, yang berarti "bayangan sosok". Lukisan dalam gaya wayang terkait erat dengan bayangan seni teater, yang berkaitan dengan Mahabharata dan Ramayana cerita. Gaya lukisan wayang telah setia diwariskan sampai saat ini untuk mencerminkan warisan Hindu-Jawa Bali dalam ikonografi dan konten tradisional. Ikonografi yang digunakan banyak dalam budaya Bali. Ikonoklasme digunakan karena masyarakat Bali ingin mewakili hal-hal melalui gambar dan bayangan hidup. Dalam lukisan, status sosial dapat digambarkan dengan posisi hirarkis dari karakter, ukuran tubuh mereka, sisi di mana mereka ditempatkan (kiri atau kanan TKP). Dalam cerita Bhima Swarga patung Siwa, dewa Surga yang paling menonjol, lebih besar dan lebih dominan dari dewa yang lainnya. Juga, Bhima mengalahkan semua manusia lainnya dalam cerita. Hamba dari Bhima ini adalah Twalen dan Mredah biasanya muncul berdampingan. Usia dan kelas sosial juga berperan dalam penempatan lima bersaudara Pandawa. Bhima, karena kekuasaannya secara fisik, tubuhnya yang besar dan kekar selalu siap untuk bertempur. Seluruh tubuh Bhima dibungkus dengan kain atau sarung hitam dan putih dimana materi yang digunakan ini diyakini memiliki kualitas pelindung sihir. 
Wisatawan saat liburan dan ingin menikmati peninggalan sejarah jaman jayanya kerajaan Waturenggong, cobalah berkunjung dan tour ke sini, anda bisa juga sewa mobil , kalau dari bandara ambil jurusan ke Timur lewat jalan Ida Bagus Mantra, belok ke Utara menuju pusat kota.
Objek wisata Kertagosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan Kerta Gosa juga bangunan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini dihiasi lukisan tradisional (gaya wayang). Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang, kisahnya dipaparkan pada langit-langit bangunan. Cerita dalam lukisan tersebut adalah berisi tentang Tantri kemudian tentang cerita Bima Swarga yang banyak sekali memperlihatkan ajaran mengenai hukum karma phala, serta cerita tentang penitisan kembali (reinkarnasi) ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya.
Jadi yang mendominasi cerita di atap bale ini adalah tentang perbuatan kharma pala sehingga bale ini pada waktu kerajaan dulu di fungsikan untuk pengadilan. Tak kalah  menarik kursi peninggalan jaman kerajaan, sudah sempat direnovasi masih tertata rapih seperti bagaimana posisinya pada jaman kerajaan dulu.
Daya tarik dari balai Kerta Gosa ini adalah di langit-langit bangunan terdapat lukisan-lukisan wayang, memiliki cerita tentang kehidupan sehari-hari, wejangan/ petuah, hukum karma phala, ramalan gempa dan filsafat hidup. Di samping balai Kerta Gosa terdapat banguan dikelilingi oleh kolam bernama Taman Gili.
Suasana kerajaan sangat terasa di tempat ini, semua tertata rapih dan bersih. Tentunya kepedulian Pemda setempat untuk merawat salah satu tempat yang bersejarah di pulau Bali.
Lukisan-lukisan wayang yang ada berada di langit-langi bangunan Kertagosa adalah merupakan hasil karya seni klasik gaya Kamasan, bahkan sampai sekarang desa Kamasan masih melestarikan gaya seni lukis tradisional ini. Desa tersebut terletak 4 km sebelah Selatan kota Smarapura ini, perkembangan seni lukisnya memang diakui serta dicintai oleh raja Waturenggong yang memerintah Gelgel pada saat itu, sehingga warisan seni lukis dari jaman kerajaan tersebut masih bisa kita temukan di Kertagosa. Sebagai warisan budaya.
Pulau Dewata ini seperti mutiara kecil, memancarkan aura sinar begitu mempuni menarik minat para wisatawan untuk tidak bosan-bosannya mengeksplorasinya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar